Selasa, 26 Februari 2013

Tips Meningkatkan Kekuatan Pikiran

Ada banyak teknik untuk meningkatkan kekuatan pikiran. Bahkan kebiasaan sederhana seperti mengajukan beberapa pertanyaan penting kapan saja sebenarnya mampu mengasah otak anda. Sebuah pertanyaan atau hanya sekedar mengisi teka-teki mmembuat anda berpikir lebih produktif. Tapi ada satu pendekatan yang mungkin dapat anda coba lebih baik dari semua teknik lain untuk meningkatkan kekuatan pikiran Anda.

Tehnik ini adalah dasar dari tehnik Hipnotis dan Telepati, tapi lebih tepatnya tehnik ini sering dipergunakan oleh mereka yang mempelajari ilmu Mind power, yaitu suatu ilmu tentang daya ingat dan pembacaan pikiran. Silahkan mulai langkah-langkah berikut ini :

1.Coba anda berjalan-jalan ke luar rumah, cari tempat yang ramai semakin ramai semakin baik, silahkan berjalan-jalan selama yang anda suka. 5 menit pun boleh.

2.Setelah puas berjalan-jalan dan sampai rumah, masuklah kamar. Usahakan kamar anda sepi dan tidak banyak suara-suara. Akan lebih bagus kalau kamar itu kamar anda pribadi jadi tidak ada yang keluar masuk.

3.Duduklah dengan tenang, tarik napas dalam dan coba tenangkan pikiran

4.Setelah napas anda teratur dan relaks dan juga pikiran anda tenang. Coba mulai bayangkan keadaan dipasar tadi, bayangkan apa yang anda lihat dengan jelas. Usahakan bayangkan sejelas-jelasnya.

5.Mungkin akan agak sukar, tapi usahakan bayangkan terus sampai bayangan tadi jelas. Kalau anda merasa pusing anda boleh berhenti sejenak dan tenangkan pikiran anda dan kemudian memulai lagi latihan ini.

6.Setelah anda mampu membayangkan dengan jelas, gambaran keadaan ketika anda jalan-jalan tadi. Sekarang fokuskan pada satu objek, terserah anda objek apa apakah manusianya, bangunannya, pokoknya objek yang menarik perhatian anda.

7.Bayangkan sedetil-detilnya, cari tahu warna, bentuk dan segala hal detilnya.

8.Jika sudah, selesaikan latihan. Sebagai pembuktian coba lain waktu anda keluar lagi cari tahu dimana lokasi yang ada dalam bayangan anda, dan lihatlah apakah detilnya sama dengan yang anda bayangkan (akan lebih bagus kalau anda membayangkan bangunan sehingga anda tidak perlu repot mencari objek)

Jika sama berarti anda sudah mulai cukup menguasai tehnik penajaman pikiran. Jika belum latihlah terus tehnik diatas secara rutin. Hasilnya akan sangat berguna bagi anda, terutama jika anda seorang pelajar, anda akan mempunyai pikiran tajan dan daya ingat yang kuat. Selain itu ini merupakan latihan dasar dari cabang ilmu Mind Power dimana anda dapat melihat masa lalu/masa depan dan membaca pikiran orang lain.

Sumber : PsikoAnalisis

Meditasi Zen

Zazen (Meditasi Zen) adalah suatu bentuk meditasi yang fungsinya sebagai pusat dari Zen. Umat Budha Zen biasa disebut sebagai "umat Budha yang melakukan meditasi". Pada dasarnya, zazen adalah ilmu yang mempelajari diri sendiri. Dalam zazen, Anda akan merasakan bahwa dengan fokus pada nafas, kesadaran Anda pun akan meningkat.

Seorang guru Zen, Master Dogen mengatakan, "Untuk mempelajari jalan hidup Buddha adalah dengan mempelajari diri sendiri. Mempelajari diri dilakukan dengan melupakan diri, dan kita bisa melupakan diri dengan tercerahkan oleh puluhan ribu hal lain."

"Kita bisa tercerahkan oleh puluhan ribu hal itu dengan cara menyadari
satunya diri kita dengan ribuan hal itu," lanjutnya. Saat mengalami
pencerahan, Buddha sedang bermeditasi dalam keadaan duduk. Maka latihan dalam Zen tidak pernah jauh dari bentuk meditasi duduk.

Selama dua ribu lima ratus tahun bentuk meditasi tersebut terus berlanjut, dari generasi ke generasi. Meditasi ini merupakan hal terpenting yang menjadi warisan turun-temurun. Bentuk praktek meditasi ini sudah menyebar dari India ke negeri Cina, ke Jepang, dan negeri-negeri lain di Asia, lalu akhirnya ke Barat. Meditasi Zen merupakan latihan yang sederhana, mudah dijelaskan dan mudah pula dilakukan. Tapi seperti halnya latihan-latihan lain, untuk bisa dialami, harus dilakukan dulu.

Kita cenderung melihat tubuh, nafas, dan pikiran sebagai hal-hal yang
terpisah, tapi dalam zazen, ketiganya ini tergabung seperti satu hal. Yang terutama harus diperhatikan adalah posisi tubuh dalam zazen. Tubuh kita punya caranya sendiri dalam berkomunikasi ke luar dan ke dalam dirinya. Posisi tubuh kita berkaitan erat dengan apa yang sedang terjadi dalam pikiran maupun nafas Anda.

Mulai Dengan Posisi Tubuh Yang Benar

Selama bertahun-tahun evolusi agama Buddha, posisi tubuh zazen yang paling efektif adalah bentuk piramid bagaikan Buddha yang sedang duduk. Duduk di lantai lebih disarankan karena lebih stabil. Gunakan bantal kecil, disebut zafu dalam bahasa Jepang, untuk sedikit meninggikan bagian belakang tubuh, agar kedua lutut bisa menyentuh lantai. Dengan bagian belakang tubuh pada bantal dan kedua lutut menyentuh lantai, posisi tubuh Anda membentuk tripod dengan keseimbangan 360 derajat.

Bagaimana dengan kaki kita? Banyak posisi yang bisa dicoba dalam keadaan duduk seperti ini. Yang paling sederhana adalah posisi Burma. Kaki menyilang dan kedua telapak merapat dengan lantai. Kedua lututpun rapat menyentuh lantai, walau untuk bisa melakukan posisi ini memang perlu banyak latihan.

Pertama kali mungkin otot Anda merasa tegang, tapi tidak lama akan ototpun akan mengendor dan kedua lutut akan jatuh. Untuk mempermudah, duduklah di atas sepertiga bagian bantal, dan condongkan badan sedikit ke depan.

Bayangkan bagian atas kepala Anda seakan menekan ke arah langit-langit dan dengan menarik tubuh Anda ke atas seperti itu, tulang punggung menjadi tegak. Lalu kendorkan otot, dan santaikan diri Anda. Dengan bokong dikencangkan dan perut Anda dikedepankan sedikit, akan terasa lekukan di punggung Anda. Dalam posisi ini, dengan sendirinya tubuh Anda tetap tegak.

Ada beberapa posisi lain yang bisa Anda coba, ini bisa Anda lihat langsung di situs yang memuat instruksi meditasi Zen ini. Salah satunya duduk di kursi, tapi selalu gunakan kursi dengan bantal, dan telapak kaki rata pada lantai.

Kenapa punggung yang lurus itu penting dalam meditasi? Diafragma Anda bisa bergerak bebas, dan ini baik untuk pernafasan. Nafas yang dilakukan dalam zazen sangatlah dalam. Perut Anda akan naik turun seperti perut bayi saat bernafas. Biasanya makin kita dewasa, pernafasan kita menjadi semakin terhambat, tidak pernah penuh. Kita cenderung bernafas pendek-pendek dan menggunakan bagian atas dada.

Selama meditasi Zen ini, mulut selalu tertutup, dan bernafas melalui hidung. Lidah ditekan sedikit ke langit-langit mulut. Hal ini bisa mengurangi rasa ingin menelan ludah (posisi lidah seperti ini penting untuk melancarkan perputaran enerji dalam tubuh, red.). Pandangan mata ke arah bawah, dengan menatap ke lantai/tanah pada titik sejauh sekitar setengah sampai satu meter di depan Anda. Dagu sedikit ditarik ke dalam.

Zazen ini tampaknya sangat disiplin, tapi otot-otot Anda harus tetap santai. Jangan ada ketegangan pada tubuh. Dada tidak condong ke depan maupun ke belakang. Tangan? Terlipat dalam mudra (fokus) kosmik. Tangan yang dominan (kiri bagi yang kidal) menghadap ke atas memegang tangan satunya lagi yang juga terbuka ke atas. Kedua jempol sedikit menyentuh, sehingga bentuk kedua tangan menjadi oval. Jika Anda bersila dalam gaya lotus/teratai, tempatkan mudra pada kedua tumit. Dalam posisi Burma, mudra bisa diletakkan pada paha.

Fokus Pada Hara, Lalu Pada Nafas

Mudra kosmik ini akan menarik perhatian Anda ke dalam diri. Banyak cara untuk memfokuskan pikiran: ada gambar-gambar seperti mandala yang dalam banyak tradisi sering digunakan untuk konsentrasi. Bisa juga memakai mantera (mantera hanya istilah untuk suatu kata yang diucapkan berulang-ulang, Anda bisa menggunakan kata apapun sesuai kepercayaan Anda, misalnya nama Tuhan, red.).

Banyak bentuk mudra dalam berbagai kepercayaan dan agama Timur. Dalam zazen, fokus kita adalah pernafasan. Nafas adalah kehidupan. Kata "spirit" berarti nafas. Kata "ki" dalam bahasa Jepang atau "chi" dalam bahasa Cina, yang keduanya berarti kekuatan atau enerji, juga berasal dari nafas. Nafas adalah kekuatan vital, pusat kegiatan tubuh kita. Pikiran dan nafas juga satu. Saat pikiran terganggu, nafas terganggu, juga sebaliknya.

Dalam zazen, penting untuk memusatkan perhatian pada hara. Hara adalah satu titik pada tubuh kita yang terletak sekitar lima sentimeter di atas pusar. Hara merupakan pusat fisik dan spiritual dari tubuh kita. Pusatkan perhatian Anda ke sana, arahkan pikiran ke titik ini. Semakin Anda mengembangkan zazen, Anda akan makin menyadari bahwa hara adalah pusat perhatian Anda.

Kita bisa mulai dengan menghitung nafas kita. Menghitung tiap tarikan dan hembusan, sampai nafas ke sepuluh, lalu kembali lagi menghitung dari satu. Hitungan ini dilakukan sebagai umpanbalik untuk diri kita agar kita sadar bila pikiran kita telah terbang ke mana-mana. Tentu, makin lama bukan hitungan yang jadi perhatian Anda, tapi nafas itu sendiri. Biarkan nafas Anda yang 'melakukan pernafasan'.

Tiap kali Anda kembali mengarahkan pikiran pada nafas, Anda mengumpulkan kekuatan pada diri untuk bisa mengarahkan perhatian pada hal yang Anda ingin perhatikan, selama yang Anda mau. Fakta yang sederhana ini sangat penting. Kekuatan konsentrasi ini disebut joriki. Joriki bisa muncul dalam banyak bentuk. Joriki ini merupakan sentral dari seni bela diri maupun seni visual dalam Zen. Sebenarnya, Joriki ini merupakan sumber dari segala kegiatan dalam hidup kita.

Anda tahu? Dalam sebuah semedi yang khidmat, dalam zazen yang khusuk, seseorang bernafas dalam frekuensi dua sampai tiga kali semenit. Bandingkan dengan orang yang sedang tidur, dengan frekuensi nafas lima belas kali semenitnya. Detak jantung, sirkulasi, metabolisme, semua melambat dalam meditasi yang khusuk ini. Seluruh tubuh mencapai titik hening yang tidak bisa diperoleh dengan tidur biasa.

Jika Anda rajin melatih diri dengan zazen ini, dalam waktu tidak lama,
kesadaran Anda akan makin tajam, dengan sendirinya juga insting ataupun intuisi. Anda akan lebih menyadari adanya banyak hal yang sebelumnya selalu ada tapi tidak pernah Anda perhatikan.

Yang penting, lepaskan pikiran bahwa Anda melakukan zazen untuk mencapai kondisi tertentu. Lepaskan saja diri Anda saat melakukannya, pasrah. Karena terlalu sibuk mengurusi "percakapan internal" dalam diri Anda, Anda jadi tidak mampu melihat dengan baik segala yang terjadi di sekitar Anda. Proses zazen ini membuka diri Anda.

Kegiatan mental dan enerji kita sering tersebar percuma, membuat kita
terpisah satu sama lain, dari lingkungan, bahkan dari diri sendiri. Dalam
proses zazen ini, segala aktivitas yang terjadi di permukaan pikiran
ditenangkan, sehingga bagai permukaan danau, yang berada di dalam danau itu jadi terlihat jelas. Anda pun bisa melihat jelas diri Anda sebenarnya.


sumber: Zen Mountain Monastery

Panduan Rileksasi

Untuk dapat menjalani hidup ini dengan sehat, yakni sehat fisik, mental dan spiritual, maka setiap hari tubuh memerlukan istirahat. Istirahat itu dapat dinikmati dan dirasakan dengan baik apabila Anda dapat mengistirahatkan seluruh tubuh dan mental sejenak. Atma akan mengendalikan tubuh dan mental Anda. Relaksasi adalah salah satu cara mengistirahatkan fungsi fisik dan mental sejenak.
Relaksasi dilakukan dengan berbaring atau kalau tidak memungkin dapat dengan duduk atau posisi lainnya yang Anda anggap nyaman.
Langkah-langkah Relaksasi :
* Rasakan seluruh otot-otot dan organ tubuh dalam keadaan lemas (relaksasi).

* Tutup mata pelan-pelan.
* Kosongkan pikiran, perasaan, dan angan-angan, jangan memikirkan apa-apa. Biarkan tubuh dan mental istirahat.
* Rasakan getaran atau rasa dari kedua ujung jari kaki pelan-pelan naik sampai ke lutut dan kemudian naik pelan-pelan sampai ke pangkal paha. Rasakan getaran itu melalui otot-ototnya.
* Kemudian getaran ini naik dan menyebar ke perut. Rasakan gerakan atau getaran di dalam perut, pada otot-otot dan organ-organ di dalam perut, sampai semua getaran atau gerakan ini menurun (istirahat).
* Kemudian rasakan getaran itu naik sampai ke dada. Rasakan gerakan pernafasan pelan-pelan melemah, denyut jantung pada dada kiri pelan-pelan melemah.
* Kemudian rasakan getaran dari bokong dan sumsum tulang belakang bagian bawah naik pelan-pelan sampai ke bahu. Rasakan seluruh otot-otot yang dilaluinya ini dalam keadaan istirahat atau relaksasi.
* Rasakan getaran atau rasa dari ujung jari tangan naik pelan-pelan sampai ke bahu. Rasakan seluruh otot-otot yang dilalui oleh getaran ini dalam keadaan istirahat atau relaksasi.
* Kemudian rasakan seluruh getaran atau rasa yang datang dari dada, punggung, dan lengan menyatu sampai di leher. Rasakan otot-otot di leher dalam keadaan istirahat atau relaksasi.
* Rasakan getaran atau rasa naik sampai ke muka. Rasakan seluruh otot-otot muka, otot-otot mata dalam keadaan istirahat atau relaksasi.
* Rasakan getaran atau rasa ini naik sampai ke otak. Rasakan getaran di dalam otak pelan-pelan melemah atau istirahat.
* Rasakan seluruh getaran tadi keluar melewati ubun-ubun.
* Selanjutnya rasakan getaran dari luar memasuki tubuh melewati ubun-ubun, turun ke bawah ke otak, muka, leher, kemudian turun ke bawah ke lengan sampai ujung jari tangan, ke dada turun sampai perut, ke pungung turun sampai bokong dan kemudian dari bokong dan perut turun ke bawah sampai ujung jari kaki.
* Lakukan cara di atas beberapa kali.
* Setelah Anda merasa segar, sebelum bangun kembalikan dahulu keadaan Anda seperti semula. Rasakan seluruh otot dan organ tubuh berfungsi seperti semula dan pikiran bekerja seperti biasa. Setelah Anda menyadari ada di tempat itu, barulah Anda membuka mata.
Dalam waktu 10-15 menit Anda sudah dapat mengembalikan tenaga Anda, yakni tenaga fisik dan mental. Seandainya waktu melakukan proses di atas tertidur, biarkan karena tubuh Anda tahu apa yang diperlukannya. Nanti atma akan memberikan tanda kapan Anda harus bangun, misalnya dengan tiba-tiba ibu jari tangan Anda bergerak, kaki bergerak, atau tersentak.
Relaksasi semacam ini dapat dilakukan sehabis bekerja berat, merasa capek, atau mau tidur. Relaksasi tidak harus didahului dengan meditasi.
Kalau Anda hendak tidur, lakukan relaksasi seperti di atas, dan apabila Anda telah mengantuk, posisi dapat di rubah sesuai dengan keinginan Anda.
Apabila sebelum tidur Anda melakukan relaksasi seperti di atas, maka beritahu teman-teman atau keluarga Anda, jangan membangunkan Anda dengan menyentuh badan, cukup memanggil nama Anda. Tubuh yang disentuh tiba-tiba akan kontraksi, menyebabkan perasaan Anda tidak enak atau lemas. Di samping itu, latihan meditasi dan relaksasi menyebabkan Anda menjadi lebih sensitif terhadap suara da sentuhan. Kalau igin membangunkan, cukup dibangunkan dengan suara pelan.
Sebaiknya waktu melakukan relaksasi, sepatu, jam, kaca mata, atau benda-benda lain yang mengikat Anda di lepas, agar tubuh bebas mengeluarkan getarannya.
Relaksasi dikatakan berhasil, apabila Anda dapat tidur nyenyak, tidak banyak mimpi, dan baru bangun terasa segar dan nyaman. Oleh karena itu sebelum tidur usahakan Anda tidak minum lagi, berpakaian yang longgar dan jangan tidur sehabis makan. Dengan demikian tidur Anda tidak terganggu lantaran Anda harus bangun untuk buang air kecil.

Senin, 11 Februari 2013

Mikao Usui

Usui

Usui

Postby Gec » Wed Feb 06, 2013 2:29 pm
This version of the story was written by Mrs. Takata, but it is known today to be somewhat inaccurate (to say the least :) ). The geopolitical circumstances after the Second World War might have had an impact, with the tension between U.S. and Japan.

This however doesn’t change the fact that it’s a beautiful story of courage, dedication, discovery, and very inspirational.

The Trigger

It was in the late 1800’s. Dr. Mikao Usui was teaching Theology at a University in Japan, pretty much going about his business, unknowable of the exquisite things life had in store for him and unaware of the impact his life would make on the planet.

One of his students asked:

“Professor, do you really, honestly, believe in the healing miracles performed by Jesus?”

“Yes,” was his reply.

“And did Christ say ‘You will do as I have done’?”

“Yes.”

“Then, professor, how come there are not more healers in the world?”

This Dr. Usui could not answer. But he was bound by the Japanese honor, so he had to find the answer. He resigned from his function as a Dean and began his search.

The Search

He studied at the University of Chicago for seven years and obtained a doctorate in theology. But he found no answer.

Then he went to India and Tibet. There, he studied the ancient, sacred language of the Hindus – Sanskrit. But the answer was still not to be found.

Dr. Usui then returned to Japan. He started to study the teachings of Buddha, who, just as Jesus, had performed healing miracles. But the answer to the question that had started this quest was not within reach.

He went to stay in a Zen monastery. One day he asked one of the monks there if they knew how to heal.

“Not anymore,” was the monk’s reply.

In the monastery, he read Buddha’s teachings in Sanskrit – still no answer.

As he was meditating one day, his intuition told him that he’s getting close to finding the answer. Following his intuition, he went to a holy place on the mountain called KuriYama, near Kyoto, having made a decision to fast and meditate for 21 days.

The Keys

To count the days, he took 21 stones with him, and each day he would throw a stone down the mountain.

On the 21st day the entire mountain was engulfed by a mist so thick that he could not see anything. As he threw the last stone, a light appeared and came to him, like a lightning, and stroke him in his third eye… filling his entire vision with bubbles of light – white, gold, blue, and violet. Within each bubble were the Sanskrit characters which he had earlier discovered in earlier studies. He was told (by a voice) that these were the keys to healing and he is not to ever forget or lose them.

The Miracles

As he was returning to the village, on his way down from the mountain, he stubbed his toe badly. As he put his hands around it however, he found that it healed instantly.

As he entered the village, he went into an inn and ordered a full, normal meal. He went on to eat it, after a 21 days fast – but suffered no illness or other effects expected in such a situation. The girl serving the meal had a bad tooth pain, which Dr. Usui relieved by putting his hands on her face.

When he reached the monastery, there was a monk with a severe attack of arthritis. Which Dr. Usui also healed with his new power.

The Teachings

Dr. Usui spent his next seven years healing beggars, who could live normal lives again. He called the method “Reiki” (Universal Life Force Energy). Later he found that the beggars he healed returned to begging – and realized that they did not value the gift that was given to them for free. He concluded that an exchange of energy must take place in order to fully appreciate, and benefit from, the healing.

He formulated the Reiki principles and started teaching Reiki, which he did until 1926 when he passed away. He initiated 16 teachers. One of them, Dr. Chugiro Hayashi, set up the first clinic in Tokyo. War was coming – so Dr. Hayashi trained two women, as they had better chances to survive the war, then stopped his own heart by psychic means and died in 1941.

One of the women was Hawayo Takata, who took Reiki to Hawaii and trained 22 Reiki Masters before passing away in 1980. Currently there are thousands, if not millions, of Reiki Masters – the technology has made this possible. But it all started with Dr. Usui.
User avatar
Gec
Site Admin
 
Posts: 90
Joined: Sun Jan 27, 2013 12:28 pm

Re: Usui

Postby ReikiPhill » Sat Feb 09, 2013 11:17 pm
History is a story written by those in a position to do so. Their version of events may or may not be factual or truthful but ultimately history is no more than a stepping stone to lift us ever higher in knowledge and understanding as we break new ground and old beliefs in equal measure.
ReikiPhill
 
Posts: 10
Joined: Tue Jan 29, 2013 11:42 pm
Ads