Saya yakin, anda semua, pasti pernah mendengar kata "Afirmasi". Mungkin
anda pernah menghadiri seminar atau loka karya dan pembicaranya
menyarankan anda melakukan afirmasi untuk menunjang keberhasilan anda.
Mungkin juga anda pernah membaca buku-buku positive thinking yang banyak
terdapat di toko buku. Para pelaku MLM (multi level marketing), DS
(Direct Selling), agen asuransi, atau mereka yang suka dengan
pengembangan diri pasti tahu betul apa itu "Afirmasi".
Mengapa
afirmasi sangat banyak disarankan untuk digunakan? Jawabnya sederhana.
Afirmasi adalah self-talk yang kita ucapkan pada diri kita sendiri dan
merupakan salah satu bentuk pemrograman ulang pikiran. Menurut
kebanyakan orang, afirmasi sangat mujarab untuk membantu pencapaian
prestasi. Benarkah demikian?
Benarkah afirmasi bisa sedemikian
efektif? Jawabnya, "TIDAK". Saya pernah melakukannya selama 7 (tujuh)
tahun tanpa hasil yang maksimal. Saya telah mengikuti semua aturan
menulis afirmasi yang benar, yang dijelaskan oleh banyak pembicara
terkenal, dan juga ditulis di berbagai buku best seller. Saya bahkan
membeli buku yang khusus membahas mengenai self-talk. Hasilnya? Tetap
tidak bisa maksimal. Saya tidak mengatakan "tidak ada hasil", lho. Yang
saya tekankan adalah hasilnya "tidak maksimal".
Cukup lama saya
mencari jawaban mengapa afirmasi yang saya lakukan kok nggak bisa
memberikan hasil yang maksimal? Apa saja yang telah saya lakukan untuk
afirmasi? Saya menulis script dan saya tempelkan di tempat yang biasa
saya lihat. Misalnya di cermin kamar mandi, di pintu kamar tidur, di
pintu kamar mandi, di komputer, di dashboard mobil, di hand phone, di
diary, dan dijadikan screen saver.
Selain itu saya juga
menggunting gambar-gambar impian saya. Saya tempelkan di tempat yang
dapat saya lihat dengan mudah. Tujuannya? Untuk mengingatkan (baca:
memprogram) diri saya agar saya selalu fokus pada impian-impian itu.
Hasilnya? Tetap tidak maksimal.
Saya bahkan membuat kaset khusus
yang berisi berbagai afirmasi yang ingin saya masukkan ke pikiran bawah
sadar saya. Kaset ini saya mainkan setiap kali saya berada di dalam
mobil. Saya bahkan sampai menggabungkan afirmasi dengan musik khusus
untuk membantu pikiran saya untuk bisa lebih mudah menerima afirmasi
itu. Sekali lagi, hasilnya? Nggak maksimal.
Apakah saya gagal?
Tidak. Saya berhasil mencapai sebagian dari apa yang saya afirmasikan.
Namun saya merasa tidak puas. Energi dan waktu yang saya curahkan untuk
melakukan afirmasi ternyata tidak memberikan hasil seperti yang saya
harapkan.
Lalu apa yang salah? Apakah saya malas dan tidak
bekerja keras untuk mencapai goal saya? Ah, nggak. Saya sangat fokus
untuk mencapai impian itu. Hasil yang tidak maksimal ini membuat saya
berpikir, "Pasti ada yang salah dengan apa yang ditulis di buku-buku
atau yang diajarkan di seminar yang telah saya hadiri". Logika saya
sederhana saja. Banyak kawan saya yang juga melakukan afirmasi seperti
yang saya lakukan ternyata hasilnya juga sami mawon alias idem alias
setali tiga uang alias sama saja.
Proses pencarian jawaban
"Mengapa afirmasi yang saya lakukan tidak membuahkan hasil yang
maksimal?" akhirnya mengantar saya pada petualangan pemahaman cara kerja
pikiran yang luar biasa, dan ini yang ingin saya bagikan kepada anda
melalui artikel ini.
Bagi anda yang sukses dengan afirmasi, saya
ucapkan selamat dan saya ikut bahagia dengan keberhasilan anda. Bagi
anda yang mengalami "nasib" seperti yang saya alami, mudah-mudahan
dengan apa yang saya jelaskan berikut ini akan dapat membantu anda untuk
bisa segera meraih keberhasilan.
So, mengapa afirmasi tidak memberikan hasil maksimal?
Indera
penglihatan memberikan kontribusi sebesar 87% dari total stimulus yang
masuk ke otak. Kalau dilihat sekilas jalur visual ini kesannya sangat
dominan. Namun bila ditelaah lebih jauh ternyata input visual masih
berupa ide sugestif yang bersifat sadar. Teknik afirmasi, yang
menggunakan gambar atau membaca script, ternyata hanya cocok untuk 5%
populasi yang masuk dalam kategori sangat sugestif.
Faktor lain
yang berpengaruh terhadap keefektifan afirmasi adalah kapan waktu kita
menulis atau membaca afirmasi itu. Sering kali kita diajarkan untuk
menulis, membaca, atau melihat afirmasi kita saat bangun tidur atau di
siang hari. Ternyata waktu ini tidak cocok dengan prinsip kerja pikiran.
Ternyata dari riset ditemukan fakta menarik bahwa ada waktu tertentu
yang memberikan pengaruh paling maksimal. Nah, pertanyaannya sekarang
adalah, "Kapan waktu yang paling tepat untuk melakukan afirmasi?". Waktu
yang paling tepat adalah malam hari saat gelombang otak kita dominan
berada di kondisi alfa atau theta.
Cara melakukan afirmasi
lainnya, seperti yang sering disarankan oleh banyak seminar atau buku,
adalah dengan menuliskan afirmasi setiap hari. Ternyata ini
counterproductive. Afirmasi cukup ditulis seminggu sekali dan harus
bersifat jangka pendek. Nah, bingung kan? Kok beda dengan yang anda
ketahui selama ini?
Selain itu kita perlu membatasi jumlah
afirmasi yang kita tulis dan hanya untuk beberapa aspek kehidupan kita.
Maksudnya? Anda tidak boleh menuliskan lebih dari tiga afirmasi. Batasi
diri pada tiga aspek kehidupan. Misalnya, aspek kesehatan, aspek
finansial, dan aspek relasi. Apa akibatnya kalau kita menulis banyak
afirmasi untuk tiap aspek kehidupan? Pikiran bawah sadar akan bingung
dan akan kehilangan daya untuk membantu anda mencapai goal anda.
Saat
anda telah menulis afirmasi, tunggu dan lihat efeknya. Kalau dalam
waktu 2 (dua) minggu belum ada efeknya maka anda perlu menulis ulang
afirmasi anda. Mungkin cara anda menulis atau pilihan kata atau struktur
kalimat yang digunakan tidak berkesan bagi pikiran bawah sadar anda.
Lalu,
bagaimana bila setelah anda menulis ulang afirmasi sampai beberapa kali
namun tetap belum ada hasil yang tampak? Yang terjadi adalah
resistansi/penolakan terhadap afirmasi itu. Ada bagian dari diri anda
yang menolak sugesti (afirmasi) yang anda lakukan. Lalu bagaimana
caranya mengatasi hal ini? Berhenti dan jangan pernah lagi mengotak-atik
afirmasi ini selama beberapa minggu. Semakin anda bernafsu untuk
memperkuat (re-inforce) afirmasi ini maka semakin kuat penolakan dari
pikiran bawah sadar anda. Saat anda tidak lagi memaksa afirmasi ini
untuk diterima pikiran bawah sadar maka daya tolak pikiran bawah sadar
terhadap afirmasi anda juga menurun. Cepat atau lambat afirmasi yang
sebenarnya telah masuk ke pikiran bawah sadar akan mulai diterima dan
dijalankan. Penolakan muncul karena kita cenderung bersifat memaksa
pikiran bawah sadar untuk menerima afirmasi yang kita ucapkan.
Satu
hal lagi yang membuat afirmasi susah berhasil, untuk kebanyakan orang,
adalah bahwa jarang orang sadar bahwa afirmasi sebenarnya sama dengan
sugesti. Nah, kalau sudah bicara sugesti maka anda harus tahu anda
termasuk orang tipe apa. Ada orang yang mudah disugesti secara fisik
(physically suggestive) dan ada orang yang hanya bisa disugesti secara
emosional (emotionally suggestive), dan ada yang bisa ac-dc alias
kiri-kanan ok atau bisa keduanya.
Wording atau cara penulisan
afirmasi untuk tiap tipe ini tidak sama. Bila anda termasuk kategori
sugestif secara fisik dan anda, karena tidak tahu, menulis afirmasi yang
bersifat emosional maka dijamin afirmasi anda tidak bisa jalan.
Demikian pula sebaliknya.
Terlepas dari afirmasi apa yang anda gunakan, untuk panduan dalam menuliskan afirmasi, anda perlu memerhatikan hal-hal berikut:
- Gunakan afirmasi untuk goal jangka pendek.
- Tulis afirmasi dengan tulisan tangan, bukan diketik.
- Tulis afirmasi seminggu sekali.
- Minimalkan jumlah afirmasi untuk mendapatkan efek konsentrasi sugesti.
-
Tulis afirmasi dengan kalimat positip dan sekarang, jelas atau
spesifik, dan tanggal pasti kapan anda ingin mencapai goal anda.
- Tulis ulang afirmasi bila dirasa perlu. Jika afirmasi tidak bekerja seperti yang diharapkan maka berhenti melakukan afirmasi.
Ada
kawan saya yang meskipun telah saya jelaskan cara melakukan afirmasi
secara benar tetap menolak apa yang saya sampaikan. Saat saya bertanya,
"Kenapa sih, anda kok begitu yakin dan memegang teguh cara anda
melakukan afirmasi padahal anda tahu hasilnya nggak maksimal?". "Lho,
cara afirmasi yang saya gunakan selama ini saya dapatkan dari seminar
dan workshop yang sangat mahal. Kan, eman (sayang) kalo nggak saya
pake", jawabnya. "Tapi, kalau ternyata cara yang anda gunakan tidak bisa
memberikan hasil maksimal, mengapa anda tidak mencoba cara lain?",
kejar saya lagi. "Saya yakin cara yang saya gunakan sudah benar. Soalnya
pembicaranya orang terkenal. Saya percaya banget dengan apa yang ia
ajarkan", jawab kawan saya.
Saya hanya bisa tersenyum saat
mendengar jawabannya. Saya teringat kata bijak Winston Churchil, "A
fanatic is one who can't change his mind and won't change the subject".
Tehnik Melakukan Afirmasi Yang Benar
Untuk
bisa melakukan afirmasi dengan benar, saat dalam kondisi gelombang
Beta, kita perlu memahami cara kerja pikiran. Pikiran terbagi ke dalam
beberapa area. Salah satunya adalah Critical Area. Critical Area ini
sebagian ada dalam wilayah pikiran sadar dan sebagian lagi di wilayah
pikiran bawah sadar.
Saat kondisi sadar kita selalu menganalisis
setiap informasi yang masuk. Yang melakukan ini adalah Critical Area
dari pikiran sadar. Saat kita dihipnosis dan diminta melakukan sesuatu
yang bertentangan dengan nilai-nilai moral yang kita pegang maka,
meskipun dalam kondisi trance, kita akan menolak permintaan si hipnotis.
Bagian yang menolak ini adalah Critical Area dari pikiran bawah sadar.
Dalam
kondisi sadar atau beta saat suatu informasi (afirmasi atau sugesti)
masuk ke pikiran sadar maka informasi ini akan "menetap" di Critical
Area. Informasi ini baru akan di-download ke pikiran bawah sadar saat
kita tidur. Selama menunggu di Critical Area, dari pikiran sadar,
informasi itu akan mengalami distorsi. Contohnya?
Misalnya anda
ingin meningkatkan income anda. Saat ini anda berpenghasilan Rp. 2,5
juta per bulan dan anda melakukan afirmasi, "Penghasilan saya Rp.10 juta
per bulan." Saat anda melakukan afirmasi ini maka informasi ini masuk
ke Critical Area dari pikiran sadar. Anda membaca kalimat afirmasi
berulang-ulang agar lebih tok cer alias manjur. Ditambah lagi, seperti
yang dianjurkan di berbagai buku dan seminar, anda harus menulis
afirmasi anda dalam Present Tense atau kalimat saat ini. Apa yang
terjadi di pikiran anda? Mari kita lakukan analisis.
Informasi
masuk ke Critical Area dari pikiran sadar karena anda melakukan afirmasi
dalam kondisi beta. Kalimat yang digunakan adalah Present Tense atau
sekarang. Hal ini berarti penghasilan anda saat ini Rp. 10 juta per
bulan. Iya nggak? Nah, apakah kondisi income anda yang sesungguhnya saat
ini benar Rp. 10 juta? Kan, tidak. Saat ini income anda hanya Rp. 2,5
juta per bulan. Pikiran sadar anda tahu bahwa ini nggak benar. Pikiran
sadar ini lalu mendistorsi "kebenaran" informasi ini. Dan seperti yang
telah saya jelaskan di atas informasi ini baru akan turun ke pikiran
bawah sadar saat kita tidur. Nah, bisa anda bayangkan apa yang terjadi
pada unit informasi "Penghasilan saya Rp.10 juta per bulan" saat masuk
ke pikiran bawah sadar. Pasti sudah "babak belur" karena dikritik dan
didistorsi oleh Critical Area dari pikiran sadar. Kalo sudah begini
kira-kira afirmasi ini masih efektif, nggak? Anda tahu jawabannya, kan?
Itulah
sebabnya mengapa pada artikel sebelumnya saya selalu menganjurkan untuk
melakukan afirmasi dalam kondisi alfa atau theta. Saat kita dalam
gelombang ini maka unit informasi akan mem-by pass Critical Area dari
pikiran sadar dan langsung masuk ke pikiran bawah sadar.
Ok,
kalau begini kondisinya, lalu bagaimana kita "mengakali" Critical Area
dari pikiran sadar kita agar bisa menerima dan tidak mendistorsi
afirmasi kita? Caranya mudah. Yang perlu dilakukan adalah kita
menggunakan kekuatan Critical Area, dalam melakukan analisis, menjadi
kelemahannya. Caranya?
Dalam melakukan afirmasi anda harus menggunakan kata "Saya dalam proses", "Saya memutuskan", atau "(kondisi) ideal saya".
Sekarang
saya akan memperjelas maksud saya. Pada contoh di atas kita menggunakan
kalimat "Penghasilan saya Rp.10 juta per bulan". Critical Area dari
pikiran sadar tahu bahwa ini nggak benar. Sekarang coba kita gunakan
kalimat "Saya dalam proses mencapai penghasilan Rp. 10 juta per bulan".
Terasa bedanya? Critical Area tahu bahwa ini nggak bohong. Benar, kita
belum mencapai penghasilan Rp. 10 juta per bulan. Tapi kita kan dalam
proses. Jadi, unit informasi ini tidak akan terkena distorsi.
Selanjutnya
coba anda rasakan kalimat "Saya memutuskan untuk mempunyai penghasilan
Rp. 10 juta per bulan". Ini juga nggak bohong. Berapapun income anda
saat ini nggak jadi masalah. Mengapa? Karena anda "memutuskan" untuk
menaikkan income anda. Jadi ini sama sekali nggak ada urusan dengan
kondisi riil anda.
Bagaimana dengan kalimat "Penghasilan ideal
saya adalah Rp. 10 juta per bulan"? Afirmasi ini juga aman dari
distorsi. Mengapa? Karena yang diafirmasi adalah penghasilan ideal.
Kalau sekarang belum ideal ya nggak apa-apa. Afirmasi ini nggak ditolak.
Nah,
karena Critical Area dari pikiran sadar nggak menolak maka, saat kita
tidur, unit informasi ini masuk ke pikiran bawah sadar dalam kondisi
utuh dan lengkap, tidak terdistorsi. Dengan demikian pemrograman pikiran
bawah sadar menjadi sangat efektif.
Apakah ada cara lain untuk
memprogram pikiran bawah sadar dalam kondisi beta? Sudah tentu ada.
Berikut saya berikan beberapa tips lagi.
Pertama, anda perlu
mengembangkan sikap syukur dan pasrah. Apapun yang anda capai dalam
proses mencapai target anda perlu disyukuri. Kedua, anda perlu mencatat
pencapaian kecil maupun besar dalam perjalanan anda mencapai target
anda. Hal ini bertujuan untuk mengedukasi pikiran anda bahwa berada pada
jalur yang benar. Ketiga, siapkan sebuah kotak "sukses". Kotak "sukses"
ini fungsinya sebagai celengan atau tabungan. Anda bisa memotong gambar
atau hal-hal yang ingin anda capai dan masukkan ke kotak "sukses" anda.
Anda juga bisa menuliskan afirmasi anda, membacanya, dan memasukkannya
ke kotak "sukses" anda. Mengapa ini perlu dilakukan? Saat anda memotong
gambar dan memasukkannya ke kotak "sukses" maka dalam hati anda tumbuh
pengharapan. Saat anda menulis, membaca, dan memasukkan afirmasi anda ke
kotak maka anda semakin mempertegas apa yang anda lakukan.
Contoh
di atas adalah dalam aspek finansial. Dengan menggunakan prinsip yang
sama anda bisa menggunakannya untuk meningkatkan aspek lain dalam hidup
anda.
Sumber : Adi W Gunawan (adiwgunawan.com)